Selasa, 10 Desember 2013

Negeriku, Harapanku

Hari ini Aku, Aldo dan Bari akan bersiap berangkat ke Jakarta dari kota Depok. Kami adalah pecinta sepakbola tim nasional sejati, sepertinya tidak ada yang mencintai sepakbola sebagaimana kami cinta. Bagaimana tidak, sejak pagi kami telah bersiap untuk berangkat menuju Gelora Bung Karno tempat diselenggarakannya pertandingan Internasional antara Tim Nasional Indonesia dengan Tim Nasional Qatar setelah hari sebelumnya kami mengantri untuk mendapatkan tiket menonton pada hari ini. Walaupun Tim Nas sudah kalah di dua pertandingan sebelumnya, kami tetap bertekad untuk datang ke stadion untuk mendukung Tim Nas Indonesia.
“Do, bagaimana spanduk sudah siap?” kata Bari kepada Aldo.
“Belum. Gue kekurangan cat nih”
Bari adalah ketua persatuan sepakbola di lingkungan kampus kami,Aku mengenal dia sejak sekolah dasar. Bari memang menyukai sepakbola dan sering menjuarai sepakbola tingkat kecamatan se-kota Depok, Dia teman yang baik, Dia sangat suka sepakbola. Sementara Aldo adalah temanku yang ku kenal sejak sekolah menengah atas, Aldo juga suka sepakbola, dia sebenarnya lebih suka sepakbola luar negeri dari pada sepakbola dalam negeri tapi kalau urusan Tim Nas dia adalah juaranya. Bari dan Aldo jadi patner yang baik dalam hal sepakbola Tim Nas.
Ketika kami sedang menyiapkan spanduk untuk dukungan pada Tim Nas, tiba-tiba seseorang datang menegur kami.
“Hei ngapain kalian bertiga berangkat ke GBK , kemarin-kemarin kan Tim Nas udah kalah, paling hasilnya juga sama kalah juga, mending nonton dari TV hemat biaya, ga perlu ngabisin uang” celetuk ibu kost kami yang melihat kami sedang asik mempersiapkan spanduk dukungan untuk Tim Nas.
“Ah ibu bisa aja, lebih asik nonton di stadion bu, suasananya lebih terasa” kata Aldo menyakinkan Ibu Yani.
“terserah kalian lah, ibu cuma menyarankan, kalian kan masih mahasiswa uangnya sayang kalau buat nonton bola, mending buat beli buku..” kata Ibu Yani menasehati kami.
“Tenang bu, uang buku beda kok sama uang nonton” kataku kepada Ibu Yani.
Sambil menggelengkan kepala, Ibu Yani kembali melanjutkan aktifitasnya menyiapkan dagangannya setelah gagal menasehati kami yang memang sudah bertekad untuk datang ke stadion GBK Jakarta untuk mendukung Tim Nas.
“Bar, mobilnya udah siap nih. Gue udah tempel tulisan “HIDUP TIMNAS” dan pasang bendera merah putih” kataku kepada Bari.
“Ok, jadi semua sudah siap nih, kita tinggal berangkat siang ini” Kata Bari sambil melihat mobil jeep yang kami bawa untuk menuju GBK Jakarta.
Tiba-tiba Aldo mengatakan “Belum semua siap, ada yang kurang!”
“Apa yang kurang do, bendera udah, spanduk dukungan udah, apalagi?” kataku bertanya kepada Aldo yang mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
“Ini belum dipasang” kata Aldo sambil menunjukkan kartu merah bertuliskan aksara china, “ini artinya keberuntungan, kalau kita pasang ini di mobil dan kita bawa saat menonton pertandingan Tim Nas kita akan mendapat keberuntungan” kata Aldo menjelaskan.
“Seperti orang kuno saja, pakai jimat-jimatan segala do” celetukku.
“Ini bukan sekedar jimat Mat. Kalau kita pasang ini, Tim Nas akan menang” kata Aldo yakin.
“Menang kalahnya Tim Nas dilapangan bukan karena jimatmu, tapi karena usaha mereka dan takdir Tuhan atas pertandingan ini”
“Ya sudah kalau tidak percaya, Aku akan tetap memasangnya di mobil” kata Aldo sedikit meninggikan nada bicaranya.
“Ya sudah Aku tidak mau ribut, terserah kamu itu keyakinanmu, Aku tidak akan terlalu membahasnya” kataku mencoba untuk menenangkan keadaan.
“Ah kalian ini, begituan saja dibahas” kata Bari memotong pembicaraan kami.
“Ayo kita berangkat!” lanjut Bari.
***
Aldo memasang kartu merah bertuliskan aksara china di kaca depan mobil jeep yang kami tunggangi. Mobil jeep ini milik Bari, ia sengaja mengecat mobil ini dengan warna merah putih pada semua sisinya untuk menunjukkan betapa ia cinta pada bangsa ini. Meski sebenarnya mobil jeep yang ia punya bukan buatan lokal, tapi menurut Bari setidaknya dengan mengecatnya berwarna merah putih sudah menunjukkan bahwa dia sangat cinta pada Indonesia.
Deru mesin jeepnya terdengar merdu, meski ini mobil tua yang diberikan ayahnya Bari. Mobil ini terawat dengan baik, sehingga nyaman untuk kami kendarai menuju stadion Gelora Bung Karno Jakarta. Kami bergabung dengan rombongan supoter Tim Nas yang berasal dari penjuru kota Jabodetabek. Kami bersama-sama menuju stadion GBK ada yang berjalan kaki, ada yang menggunakan sepeda, ada yang menggunakan motor, ada yang menggunakan becak, ada yang menggunakan mobil sampai menggunakan mobil bis yang dipadati puluhan orang dan belasan orang diatap mobil sambil meneriakkan yel-yel kemenangan untuk Indonesia, padahal hari masih siang namun ribuan orang telah berduyun-duyun memadati jalan di wilayah stadion GBK Jakarta.
Harapan besar memang bertumpu pada pundak Tim Nas Indonesia, masyarakat sangat haus akan prestasi Tim Nas dimata dunia, menang pada hari ini saja itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri untuk kami para supporter yang menonton pertandingan.
Akhirnya Aku, Aldo dan Bari tiba di GBK Jakarta, setelah kami memarkirkan mobil kami bergegas menuju tempat penukaran tiket. Setelah mengantri untuk mendapatkan tiket kami bersiap bergabung dengan supoter dari penjuru tanah air, tua, muda, kaya, miskin semua bersatu di tempat itu untuk mendukung Tim Nas.
“Saudara-saudara kali ini kita akan mendukung Tim Nas untuk sekian kalinya meski Tim Nas kita sering kalah namun dihati kita Tim Nas nomer 1, kita ingin melihat Tim Nas kita berjuang dengan sekuat tenaga untuk memperoleh hasil maksimal, karena manusia hanya bisa berusaha dan Tuhanlah yang menentukan segalanya. Maka dari pada itu saya mengajak kepada rekan-rekan sekalian untuk mendoakan agar pada malam hari ini Tim Nas berhasil mengalahkan Qatar di stadion kebanggaan kita GBK Jakarta. Mari semua kita berdoa. Berdoa dimulai” pidato dari jendral lapangan supporter yang diiringi doa.
Kami semua berdoa dengan khusyuk agar malam ini Tim Nas bisa menang. “Berdoa selesai, Hidup Tim Nas!” teriak Bang Jaka sang jendral lapangan penuh semangat. Aku, Aldo dan Bari berada dipinggir barisan supporter. Kami sangat kagum dengan Bang Jaka ia mampu memimpin supporter sepakbola yang berasal dari berbagai macam kalangan. Ia mampu menciptakan atmosfer semangat untuk para supporter mendukung Tim Nas, orasinya yang menggebu-gebu dan penuh rasa juang membuat hati para supporter yang mendengarkan terhanyut dalam gelora semangat untuk mendukung Tim Nas.
Adzan asharpun berkumandang kami bersiap untuk shalat. Aku dan Bari adalah seorang muslim sementara Aldo adalah seorang penganut agama Budha. Namun kami tetap saling menghargai satu sama lain, ketika Aku dan Bari shalat, Aldo dengan ikhlas menjaga barang-barang dan peralatan supporter yang kami bawa. Aldo sudah paham bahwa kami seorang muslim punya kewajiban untuk menghadap Tuhan selama lima kali sehari dan toleransi itu ia tunjukan juga saat kami kost bersama. Kadang Aku atau Bari juga mengantar Aldo untuk beribadah di Kuil/Vihara. Kami tidak segan untuk sekedar mengantarkan teman kami menuju tempat ibadahnya, karena kami meyakini bahwa agamamu adalah agamamu dan agamaku adalah agamaku, itu cukup bagi kami.
“Do, nitip sandal gue ya, maklum sandal baru gue takut ilang kalau ditaro di mushola.” Kata Bari kepada Aldo.
“Siap Bar.” Aldo mengiyakan.
Selesai shalat kami bergegas menuju tempat antrian masuk ke dalam GBK, kami mempersiapkan tiket asli yang tadi kami ambil. Hari ini lumayan padat, penonton berdesakan untuk masuk kedalam stadion, ada yang sabar, ada juga yang tidak sabar, bahkan memaki-maki petugas karena terlalu lama mengantri. Aku dan teman-temanku sih biasa saja menanggapi hal tersebut, lamanya antrian dan panasnya matahari sudah menjadi makanan kami sejak kami memutuskan jadi supporter fanatik Tim Nas.
Setelah melalui antrian panjang dan melelahkan kami akhirnya bisa masuk ke dalam stasion GBK Jakarta, hati kami bergetar melihat puluhan ribu penonton berbaju merah memadati stadion terbesar di Indonesia ini.
Kami bergabung bersama supporter yang dikomandoi Bang Jaka, kami menyanyikan yel yel “GARUDA DI DADAKU, GARUDA KEBANGGAANKU, KUYAKIN HARI INI PASTI MENANG” sorak-sorai penonton dan letusan kembang api mewarnai pembukaan laga ini. Akhirnya laga yang kami tunggu-tunggu sudah dimulai. Tim Nas dengan kostum kebanggaannya merah putih menghadapi kesebelasan Qatar yang berkostum putih hijau. Para pemain berjajar di lapangan seraya memberikan hormat kepada para supporter yang datang, dalam beberapa detik semua hening karena akan kami semua akan mendengarkan lagu kebangsaan dari kedua Negara. Bagian ini yang sangat menyentuh bagi Aku, Aldo dan Bari, kami menyanyikan lagu Indonesia dengan hikmad. Lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan bersama-sama oleh puluhan ribu orang membangkitkan semangat kami dan Tim Nas. Semua penonton bersorak dan bertepuk tangan.
Peluit pertandingan telah dibunyikan penonton semakin bersemangat untuk mendukung laga Tim Nas melawan Qatar. Yel-yel bersautan baik dari tribun atas ataupun bawah, semua menyatakan satu Indonesia hari ini pasti menang lagu nasional supporter sepakbola pun berkumandang “GARUDA DI DADAKU , GARUDA KEBANGGAANKU, KUYAKIN HARI INI PASTI MENANG”, riuh, gemuruh mewarnai laga Tim Nas kali ini.
***
 “Aldo, loe lihat si Bari ga?” kataku kepada Aldo yang tengah asyik memperhatikan pertandingan.
“Lah, bukannya dia tadi ada disini ya?” kata Aldo.
“Iya gua juga nyangkanya dia ada disini, ternyata udah ilang dianya” kataku sama-sama bingung kemana perginya Bari.
Kami melihat kanan-kiri kami namun tidak ada sosok yang kami cari, lalu pandangan kami tertuju pada seseorang yang megang pengeras suara di depan.
“Do, itu Bari, do” kataku semangat menunjuk seseorang didepan.
“Mana?” kata Aldo sambil mencoba membetulkan posisi kacamatanya.
“Wah iya itu Bari, Mat.. kereeen dia jadi Jendral sekarang”
Kawan-kawan semua ayo kita dukung Tim Nas kita, mari kita menyanyi bersama-sama untuk memberikan semangat kepada Tim Nas “GARUDA DI DADAKU, GARUDA KEBANGGAANKU, KUYAKIN HARI INI PASTI MENANG” teriak Bari lantang dan penuh semangat, semua supporter ikut bernyanyi begitupun Aku dan Aldo. Kami merasakan semangat yang luar biasa dari seluruh penonton yang berada di stadion ini.
Pertandingan berjalan seru kini memasuki menit-menit akhir satu gol pun belum tercipta dalam laga ini, akhirnya Indonesia mendapat kesempatan tendangan bebas di daerah dekat kotak pinalti lawan, seorang algojo Tim Nas bersiap untuk menendang bola. Ia mengangkat tangan seraya meminta dukungan dari seluruh supporter yang hadir di stadion. Kami semua bergemuruh dan berteriak untuk mendukung sang algojo dilapangan. Bola dilesakkan. Semua penonton terdiam menahan nafasnya. Dan “Gooooooollllllllllllllllllllllllllllllllllllllll….”, Bola meluncur deras menuju gawang kipper Qatar. Semua penonton berdiri dan bersorak bergembira, semua bertepuk tangan mengangkat tangan dan mengatakan “HIDUP INDONESIA!!”. Aku, Aldo dan Bari terharu, akhirnya kami bisa melihat Tim Nas menang. Kami makin yakin akan terus bertekad mendukung Tim Nas. Stadion GBK Jakarta ini jadi saksi bagaimana kekuatan sebagian rakyat bisa membangkitkan semangat sebelas pemain yang berdiri dilapangan. Di dalam stadion itu tidak peduli anda berasal darimana, beragama apa, memiliki latar pekerjaan dan pendidikan seperti apa, kaya, dan miskin semua tidak dipedulikan yang ada adalah satu dukungan untuk Tim Nasional Indonesia dan GBK Jakarta adalah salah satu tempat bersejarah yang menjadi saksi perjuangan Tim Nasional Sepakbola Indonesia meraih prestasi di kancah Internasional.
-Pb-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar