Senin, 09 Desember 2013

Hikmah dari Tukang Bengkel

Hujan begitu lebatnya, saat itu saya sedang dalam perjalanan menuju rumah setelah pulang dari aktivitas di kampus. Sejak pagi saya memang merasakan ada yang aneh dengan motor saya, kondisi remnya sudah parah. Saat perjalanan pulang itu, tiba-tiba ada mobil mengerem di depan saya, saya seketika kaget, dan mengerem dengan tambahan "rem kaki". Alhamdulillah saya masih lolos dari tabrakan dari belakang, saat itu saya putuskan untuk berjalan pelan-pelan saja sekitar 20-30 km/jam saja, biar waktu lama yang penting segera selamat sampai rumah.

Ternyata walau sudah mengurangi kecepatan resiko tetap saja terjadi, kali ini saya menghadapi kemacetan di daerah Parung, motor saya sesekali menyenggol pengendara di depan saya, dan itu membuat saya tidak enak hati dengan mereka. Tidaklah sempat saya bilang rem motor saya bermasalah, orang yang saya tabrak sudah merengut lebih dahulu jadilah saya terdiam dan hanya bisa meminta maaf.

Karena sudah dalam kondisi darurat maka saya putuskan untuk menepi dan mencari bengkel motor yang masih buka, oh iya saat itu hujannya selepas ashar, menjelang magrib. Akhirnya saya dapatkan bengkel motor kecil yang masih buka sore ini. 

Tukang bengkelnya masih muda sekitar 30 tahunan dan dari sapaannya diawal masuk bengkel saya mengira orangnya berperangai agak kasar. Entah kenapa saya selalu membayangkan pekerjaan tukang bengkel adalah pekerjaan yang kasar dan berat. Orang tersebut mempersilakan saya duduk, karena diluar memang hujan deras.

Orang tersebut menanyakan apa yang dikeluhkan dari motor saya, saya jawab saja rem depan yang paling parah. Kemudian ia langsung memeriksa keadaan rem depan, dan sepertinya ia langsung mengetahui penyebabnya terlihat dari senyumnya saat memegang rem depan motor. 

Oli remnya habis ternyata, saya yang tidak ngeh awalnya mengira kabelnya putus (plakk) ternyata oli remnya yang habis dan membuat remnya tidak berfungsi dengan baik. Sayangnya dibengkel tersebut tidak ada oli rem, makanya si tukang bengkel itu langsung mengambil sebotol oli baru yang dimasukkan sedikit ke dalam tabung oli rem. Karena kondisinya parah dia menyarankan sementara pakai ini dulu baru setelah sampai rumah dengan selamat segera cari bengkel yang masih buka esok paginya supaya diganti dengan oli rem baru.

Setelah mengecek rem depan kemudian ia mengecek rem belakang, yang ternyata kondisinya sama parahnya. Kemudian ia ambil peralatan bengkel untuk membuka rem belakang, sepertinya ada masalah dengan bagian dalam remnya.

Ternyata waktu sudah memasuki magrib, terdengar saut adzan dari kejauhan. Saya yang merasa tanggung menunggu motor saya dibengkel memutuskan untuk menunggu sejenak sampai pekerjaan bengkel itu kelar. Sampai ketika adzan selesai, si tukang bengkel itu berkata "Mas, muslim? Mau shalat?" dengan agak malu dan kaget saya berkata "Iya, boleh apa ada tempat sholatnya?" , Orang itu langsung menunjukkan kamar dibelakang yang masih ada hamparan sajadah, walau kecil namun sangat layak dan bersih untuk tempat shalat, padahal dari luar bengkel itu terlihat kumuh, karena ceceran oli dan onderdil motor bertebaran dimana-mana. 

Saya biasanya tidak menemukan bengkel seperti ini, biasanya tukang bengkel kecil pinggir jalan selalu menyelesaikan dulu pekerjaannya, tanpa menawarkan shalat kepada saya yang saat itu sedang terjebak mau cari masjid dulu atau menunggu dulu sampai motornya kelar diperbaiki. 

Alhamdulillah saya masih bisa shalat tepat waktu, walau tidak di masjid karena kondisinya masjid berada agak jauh dari bengkel, setelah selesai shalat, selesai pula lah motor saya diperbaiki. Saya merasa tertegur dengan kejadian diatas, seharusnya saya yang berinisiatif untuk bertanya ada tempat shalat dekat sini gak, sehingga saya bisa segera melaksanakan shalat tidak menundanya.

-Pb-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar