“Kupastikan
patah hati itu ada di tong sampah!”
Aku udah
bete banget sama yang namanya cinta, cinta cuma bikin aku patah hati. Habis cinta begitu sukanya mengumbar janji.
Dia bilang akan setia sehidup semati, ternyata akhirnya seperti ini “putus”.
Aku pacaran
sama cinta sejak sebulan yang lalu. Cinta duluan yang nembak aku. Waktu itu aku
lagi makan tahu di kantin sekolahku. Cinta perlahan mendekatiku. Aku
kebingungan sambil melirik ke kanan dan ke kiri, tak ada orang di sampingku.
Cinta mau ketemu aku? Batinku.
“Ip, kamu
mau gak jadi pacar aku?”
“Hah,
pacar?” mulutku menganga lebar, tak menyangka cewek secantik cinta bilang
begitu sama aku.
“Ini teh
serius?” tanyaku ragu.
Yang
ditanya hanya mengangguk kemudian tersenyum manis padaku.
Jantungku
terasa berdegup kencang, tahu yang aku makan serasa daging steak wagyu.
***
Jadilah aku
jadian sama cinta. Aku tak tahu pasti apa yang membuat cinta mau jadi pacarku,
katanya sih aku orang pinter yang baik hati. Yang aku tahu kini tiap pulang
sekolah aku punya jadwal rutin belajar bareng cinta.
“Cinta,
kamu kok mau sih jadi pacar aku?”
Cinta
menatap wajahku yang malu-malu saat bertanya “Kamu itu orangnya baik dan polos,
jadi aku mau jadi pacar kamu”
Cuma itu?
Tanyaku dalam hati.
“Selain
baik kamu juga pinter, aku suka kamu deh pokoknya”
Kata-katanya
membuatku serasa melayang sambil tidur-tiduran di atas awan. Aku gak bakal ragu
lagi, dia suka banget sama aku.
***
Di tiap
kesempatan aku selalu berduaan dengan cinta, makan di kantin berdua, pergi ke
perpustakaan berdua. Bahkan semenjak jadian aku duduk sebangku dengan cinta.
Aku sangat terpesona dengan cinta sampai-sampai aku menirukan semua gayanya.
Aku beli tas yang warna, bentuk dan merknya sama kayak yang dipakai cinta. Aku
beli buku tulis yang covernya sama kayak cinta. Semua serba cinta. Dalam hatiku
seperti tertulis nama cinta, Cinta love you forever.
Cinta
selalu tersenyum manis di depanku, kulihat tak ada raut muka sedih dalam
dirinya. Aku sepertinya sangat yakin bahwa cinta benar-benar mencintaiku.
***
Pagi ini tak
seperti pagi di hari sebelumnya, cinta tidak duduk bersamaku, ia pindah duduk
di bangku belakang sendirian. Aku ingin menemaninya, katanya tidak. “Aku lagi
ingin sendiri” pintanya kepadaku. Aku coba mengerti mungkin dia butuh waktu
sendiri dulu.
Pelajaran
berlangsung aku menengok ke arah belakang, cinta hanya fokus menatap buku
pelajaran matematika yang dibawanya. Aku mencoba mengirimkan pesan sms ke
hapenya.
Aku ingin ngobrol sama kamu di taman sekolah seusai
pelajaran.
Cinta
menjawab oke..
***
Aku membeli
es krim untuk dimakan bersama cinta dibawah taman sekolah. Aku menunggu
datangnya cinta ke tempat itu, tadi melalui sms kami janjian di sana. Aku
menunggu cinta cukup lama, sampai es krim yang aku beli mencair karena teriknya
matahari hari ini.
Aku mencari
cinta ke dalam kelas, ia tidak ada. Aku mencarinya di perpustakaan, ia tidak
ada. Ternyata aku menemukan cinta di kantin.
“Cinta,
katanya mau makan es krim di taman sekolah? Kok malah duduk disini?”
Cinta diam
saja, seakan tidak mendengar suaraku. Aku mencoba duduk lebih dekat dengannya.
Wajahku kini bertatapan dengan wajahnya.
“Cinta,
kamu kenapa?. Sakit ya?. Kok muka kamu pucat?”
Cinta
memandang lesu ke arahku. “Hubungan kita harus berakhir sampai disini”
“Loh,
kenapa? Aku ada salah ya sama kamu?”
“Gak ada
lagi yang bayar aku, tugasku udah selesai” cinta menjawab pertanyaanku yang
membuatku semakin bingung.
“Maksudnya?”
Cinta
terdiam sejenak dan menghela nafas.
“Kamu sadar
gak sedang dipermainkan?”
“Permainan
apa?”
“Aku
taruhan sama Toni, kalau aku bisa menjadi pacarmu selama sebulan aku bakal
dapat hadiah uang 5 juta”
“Toni?
Taruhan?” aku mencoba memahami apa yang sedang terjadi.
“Kamu gak
ngerti ya, biar Toni aja yang jelasin. Aku malas!”
Cinta kemudian
pergi dari hadapanku. Dalam hati aku masih bertanya apa sebenarnya yang
terjadi.
Sebulan
lalu di kantin ini cinta datang kepadaku sambil tersenyum manis kepadaku, dan
hari ini tepat sebulan aku jadian sama cinta dia pergi meninggalkanku.
***
Ternyata Toni lah biang keladi dari semua ini,
Toni anak konglomerat memang terkenal sebagai anak yang jahil di sekolah. Tapi
aku tidak menyangka kejahilannya kali ini sangat kejam bagi perasaanku.
Aku menatap
Toni dengan perasaan kesal di hati, tapi aku terlalu takut untuk melampiaskan
amarahku. Aku hanya bisa memendam perasaanku.
Aku tidak
menyalahkan cinta, cinta hanya korban. Aku baru tahu bahwa Ibu cinta sedang
sakit dan butuh biaya besar untuk mengobati penyakitnya. Uang dari Toni cukup
membantu meringankan biaya obat sang Ibu dan Ayahnya bisa memakai sebagian uang
itu untuk berdagang.
Entah apa
yang pernah aku perbuat sampai-sampai Toni tega melakukan hal ini kepadaku dan
menjadikan cinta sebagai tumbalnya.
***
“Cinta aku
benaran suka sama kamu” kataku dihadapan cinta.
Cinta
melotot ke arahku.
“Kamu gak
ngerti apa? Aku cuma pura-pura suka sama kamu!”
“Lagian
siapa juga yang mau mencintai cowok jerawatan, kurus kering, miskin kayak kamu”
Kata-kata
itu terasa menyakitkan, tapi perasaan cinta di dalam hati menetralisirnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar