Kamis, 28 November 2013

Rindu Ayah

Setiap malam aku selalu terbangun. Sejak setahun lalu, tidurku tidak selalu nyenyak. Aku terbangun membayangkan ada Ayah disampingku.
Dulu, setiap malam, sepulang kerja ayah menyempatkan diri bercanda denganku. Meski sibuk, Ayah selalu meluangkan waktunya setiap malam untukku. Ayah menemaniku mengerjakan pekerjaan rumah setiap malam. Kadang kalau sedang ada siaran sepakbola ayah mengajakku menonton, meski tidak sampai larut malam. Yang tidak akan aku lupa, Ayah selalu menyempatkan diri bercerita kepadaku menjelang tidur. Aku rindu cerita-cerita ayah.
Setiap akhir pekan, ayah selalu mengajak aku dan Ibu makan malam di luar rumah. Akhir pekan adalah hari yang menyenangkan dalam hidupku. Setiap menjelang akhir pekan, aku selalu tidak sabar. Aku pulang sekolah lebih cepat, karena memang setiap akhir pekan aku cuma sekolah setengah hari. Ayah selalu menanyakan kepadaku, mau pergi kemana malam ini. Setiap tempat yang aku sebutkan selalu coba ayah turuti, asalkan jaraknya tidak terlalu jauh dengan rumahku.
Pernah suatu ketika aku meminta ayah untuk mengajak kami jalan-jalan saat safari malam, karena memang sudah lama kami tidak ke taman safari. Ayah kemudian segera menelepon saudara kami yang ada di Bogor, untuk mempersiapkan tempat menginap kami di sana. Kami berangkat menuju taman safari, melihat hewan-hewan pada malam hari. Aku tersenyum sepanjang perjalanan.
Bagiku ayah adalah sosok yang hebat, ayah sangat sayang kepadaku dan Ibu. Ditengah kesibukannya ayah selalu meluangkan waktu yang ia punya untuk kami. Aku tidak marah ayah sibuk bekerja pada siang hari, karena aku selalu punya waktu dengan ayah pada malam hari. Kadang aku kasihan dengan ayah, pernah aku melihat wajah ayah begitu lelah, namun ayah tidak pernah mengeluh di depan kami. Ayah selalu tersenyum di depanku.
Aku tidak pernah dimarahi ayah tanpa sebab. Ayah hanya marah kalau aku malas belajar, tapi aku tau itu demi kebaikanku di masa depan. Jadi, aku selalu menurut kalau ayah menyuruhku belajar dan pergi les. Lagipula, aku tidak ingin ayah dan ibu kecewa. Aku selalu berusaha belajar dengan giat agar ayah dan ibu bangga denganku.
Waktu itu aku mendapatkan juara kelas, ayah tersenyum bangga kepadaku. Ayah membelikanku mainan yang aku suka. Buat aku mainan bukan yang utama, tapi senyum bangga ayah yang ingin aku lihat.
Aku selalu sedih mengingat kenangan bersama ayah. Kenangan itu tidak akan pernah aku lupa. Kini ayah sudah tiada. Ayah meninggal karena kecelakaan saat pulang kerja. Kata Ibu mobil ayah ditabrak oleh pengendara yang ugal-ugalan.
Sebelum dikubur, aku sempat memeluk dan melihat wajah ayah. Ayah seperti tertidur pulas dan tersenyum saat itu. Menurutku ayah tidak meninggal, ayah hanya ingin tidur. Ayah seharian sudah lelah bekerja, mungkin ini waktunya ayah tidur.
Kata Ibu, aku harus mencontoh ayahku, menjadi orang yang baik dan bertanggung jawab. Sayang dengan keluarga dan anaknya.
Seminggu sejak ayah meninggal aku sakit-sakitan, aku malas pergi sekolah dan keluar rumah. Aku selalu memeluk foto ayah, di foto itu aku dan ayah sedang memakai baju bola kesukaan kami. Dengan memeluk foto ayah, aku selalu merasa ayah dekat denganku.
Ketika sakit, Ibu mengkhawatirkan kesehatanku. Aku tidak mau makan, hingga badanku kurus. Ibu selalu membujukku untuk makan, namun aku hanya makan sedikit. Aku merindukan ayah.
Aku menangis setiap malam. Setiap aku menangis, Ibu selalu ada untuk mengusap air mataku. Aku memeluk Ibu. Aku bilang kepada ibu, aku rindu ayah. Ibu juga bilang kepadaku, ia juga sangat merindukan ayah.
Tapi Ibu selalu bilang saat aku menangis, ayah tidak suka melihat keluarganya bersedih. Ayah ingin melihat kami tersenyum. Kalau kami sedih, ayah juga akan sedih. Kata Ibu kalau aku kangen ayah, lebih baik aku mendoakan ayah.
Aku teringat pesan ayah, kalau anak yang baik adalah anak yang rajin ibadahnya. Kemudian aku berusaha untuk tidak menangis, kalau aku rindu ayah, aku akan mendoakannya.
Aku ingin ayah bahagia disana. Aku ingin agar Tuhan menjaga ayah disana.
Kini setiap akhir pekan aku selalu mengunjungi makam ayah. Aku mendoakan ayah agar bahagia. Aku tidak ingin membuat ayah menangis disana. Dalam hatiku, aku berjanji, aku akan menjadi penerus ayah. Kelak jika sudah besar nanti, akulah yang harus merawat Ibu. Aku yang akan menjadi kebanggaan bagi keluarga kami.
Aku juga ingin menjadi ayah yang baik kelak, ayah yang selalu meluangkan waktunya untuk keluarganya. Ayah yang selalu tersenyum di depan kami, meski ia kadang juga lelah.
Tuhan kini sudah memanggil ayah, menjaganya dan membuatkan tempat terbaik untuk ayah.
Kata Ibu selama aku menjadi anak yang baik, Tuhan akan selalu menjaga ayah. Ayah pasti bisa tidur nyenyak disana.
Setelah sakit cukup lama, aku mulai kembali sekolah. Aku kembali menjalankan kegiatan seperti biasa. Kadang aku suka sedih kalau melihat temanku dijemput oleh ayahnya. Aku selalu teringat ayah, selalu bahagia saat ayah bisa menjemput aku untuk pulang sekolah, walau kemudian ia harus segera kembali ke kantor.
Kini di rumah hanya ada aku dan Ibu. Meski begitu, aku juga tidak ingin melihat Ibu semakin sedih. Aku sayang ayah dan juga sayang Ibu. Mereka berdua adalah orang paling berharga dalam hidupku. Ayah pasti ingin aku menjaga Ibu. Aku tidak ingin membuat Ibu sedih, sama seperti aku tidak ingin melihat ayah sedih.
Setahun berlalu, aku melihat foto ayah, aku dan Ibu terpasang di dinding kamarku. Senyum ayah di dalam foto selalu berhasil membuatku senang sekaligus rindu. Melihat foto ayah membuat aku lebih semangat.
Setiap mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, aku selalu meletakkan foto ayah di meja belajarku. Aku merasa ayah hadir dan mengawasiku saat aku belajar. Saat aku merasa malas, aku langsung teringat bagaimana ayah memarahiku dan menyemangatiku untuk belajar giat. Ayah tidak ingin melihat anaknya menjadi anak yang pemalas. Kata ayah, kalau mau jadi orang sukses kita harus jadi orang yang rajin.
Nilai tugas dan ujianku selalu bagus, itu karena ayah selalu menyemangati untuk belajar setiap malam. Pernah suatu ketika aku mendapatkan nilai yang tidak bagus, ayah tidak marah, ayah hanya meminta aku meletakkan nilai itu di depan meja belajar dan menjadikan nilai itu sebagai motivasi agar aku tidak mengulangi lagi. Dan sejak itu aku selalu mengingatnya untuk berusaha lagi.
Dalam cerita-ceritanya sebelum tidur, ayah selalu ingin anaknya menjadi anak yang sukses kelak, yang bisa membanggakan keluarga dan bisa bermanfaat bagi orang banyak. Ayah selalu mengajarkan saat aku mendapatkan nilai bagus, aku harus menyisihkan uang jajanku untuk diberikan kepada orang miskin. Menurut ayah, doa-doa baik dari orang lain akan membuat kita semakin sukses.
Kenangan-kenangan itulah yang membuat aku tidak akan pernah lupa dengan sosok ayah. Ayah akan selalu menjadi orang spesial dihatiku. Tidak ada yang bisa menggantikan sosok baiknya di hatiku. Ayah menjadi inspirasi dan semangatku dalam menjalani hidup.
Aku ingin kelak ayah dan ibu bangga melihatku menjadi orang sukses dan bermanfaat bagi orang banyak.

Oleh: Pekik Bayumukti Utomo (No. Peserta 154)

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community

Sumber: Kompasiana

Raja Tomcat versus Pangeran Semut


Oleh: Pekik Bayumukti Utomo [No. 154]

Ini kisah dipedalaman hutan jawa. Disana terdapat dua buah kerajaan besar. Bukan kerajaan singa atau harimau. Tapi kerajaan dari makhluk yang dianggap kecil oleh manusia. Di sana berdiri kerajaan Tomcat dan Kerajaan Semut. Kedua kerajaan tersebut saling bersaing untuk menguasai hutan jawa.
Bahkan sekelompok harimau pun tidak sanggup melawan kedua kerajaan tersebut. Hewan-hewan yang berniat merusak kerajaan itu pasti akan lari terbirit-birit karena dikeroyok oleh ribuan pasukan tomcat dan semut.
Kerajaan tomcat dipimpin oleh seorang raja yang tambun dan gendut. Dia makhluk yang rakus, selalu mengambil makanan dari makhluk disekitarnya. Raja tomcat memiliki seribu pasukan yang siap mengawalnya saat berperang.
Suatu ketika ada keluarga kumbang yang sedang berjalan ditengah hutan membawa makanan menuju sarangnya. Mereka tampak bahagia karena hari itu mereka dapat mengumpulkan banyak makanan. Sayang hari itu bukan hari keberuntungan mereka. Mereka melalui jalan yang dilewati raja tomcat dan pasukannya. Raja tomcat melihat makanan yang dibawa oleh keluarga kumbang itu. Kemudian raja tomcat memerintahkan anak buahnya untuk merebut makanan yang dibawa keluarga kumbang. Ayah kumbang memohon kepada raja tomcat agar mereka disisakan sedikit makanan untuk hari ini, karena sudah lama mereka belum makan. Keluarga kumbang bersusah payah mengumpulkan makanan itu dengan menembus hutan belantara.
Namun, raja tomcat tidak peduli, sang raja yang jahat ini tetap memerintahkan anak buahnya membawa semua makanan yang dibawa oleh keluarga kumbang. Keluarga kumbang menangis. Raja tomcat tertawa terbahak-bahak.
Tiba-tiba ada serangan busur panah dari arah ilalang, tidak diketahui siapa yang melemparnya. Busur panah itu jumlahnya ratusan, membuat pasukan raja tomcat lari kocar-kacir. Raja tomcat panik. Ia memerintahkan pasukannya untuk mencari siapa yang melempar panah-panah itu. Ditengah kepanikan raja tomcat dan pasukannya, keluarga kumbang diselamatkan oleh makhluk yang muncul dari ilalang. Makhluk tersebut mengambil makanan yang berjatuhan di tanah, sambil menggiring keluarga kumbang menjauh dari pasukan raja tomcat.
Keluarga kumbang ketakutan, takut kalau mereka akan diculik atau mungkin dibunuh. Kemudian makhluk-makhluk dari ilalang itu menyapa keluarga kumbang dengan ramah, ternyata mereka adalah pangeran semut dan kawan-kawannya. Mereka kebetulan sedang latihan memanah di hutan. Melihat kehadiran pangeran semut. Ayah kumbang merasa bersyukur. Ia berterima kasih kepada pangeran semut karena telah menyelamatkan keluarga mereka dari gangguan raja tomcat dan pasukannya. Untungnya masih ada sisa makanan yang bisa mereka bawa menuju sarangnya.
Ayah kumbang menawarkan sedikit makanan yang mereka bawa kepada pangeran semut dan kawannya, namun pangeran menolak dengan ramah. Pangeran semut hanya ingin membantu keluarga kumbang yang kesusahan tanpa mengharapkan imbalan.
Ditempat lain, raja tomcat masih heran siapa yang melepar panah-panah tersebut dihutan. Kemudian salah satu pasukan raja tomcat menemukan busur yang terjatuh di dalam hutan, busur itu ia bawa untuk diserahkan ke raja tomcat. Busur itu ternyata milik kerajaan semut. Seketika raut wajah raja tomcat merah padam. Ia sangat marah dan berniat untuk menyerbu kerajaan semut. Raja tomcat segera mengumpulkan pasukannya. Ia memerintahkan pasukannya untuk menyerang kerajaan semut.
Pangeran semut dan kawan-kawannya tidak menyadari rencana raja tomcat untuk menyerang kerajaan semut.
Pangeran semut seusai menolong keluarga kumbang dan mengantarkan mereka selamat menuju sarangnya, bergegas pulang menuju kerajaan semut. Hari saat itu sudah mulai malam. Pangeran semut pulang dengan pakaian lusuh. Pangeran semut naik ke atas pucuk pohon, ia bersiul seakan memanggil sesuatu. Dari kejauhan datanglah capung kerajaan yang dijadikan kendaraan pangeran semut untuk menuju kerajaan semut.
Raja semut dan Ibu ratu semut khawatir anaknya (Pangeran semut) belum pulang hingga larut malam. Hampir saja raja semut memerintahkan para pasukannya untuk mencari pangeran, tapi pangeran semut sudah masuk ke dalam istana kerajaan sambil mengendarai capung. Raja semut marah kepada pangeran semut, ia khawatir anaknya ditangkap oleh pasukan raja tomcat.
Pangeran semut tidak menceritakan apa yang ia alami hari ini, pangeran khawatir kalau ayahnya tau ia baru saja bertemu raja tomcat dan pasukannya, ayahnya pasti akan lebih marah. Pangeran semut hanya terdiam mendengar ayahnya berbicara dan segera masuk ke kamarnya.
Dikamar yang dibangun dari dinding-dinding tanah, pangeran semut meletakkan busur panahnya di dinding kamarnya. Pangeran semut menuju tempat tidurnya. Ia kemudian berbaring dan memejamkan mata sejenak, karena lelah selepas latihan memanah hari ini.
Pangeran semut bermimpi, dalam mimpinya ayah dan ibunya diculik oleh raja tomcat. Pangeran semut berusaha menyelamatkan ayah dan ibunya, namun tidak bisa. Kerajaan semut sudah dikepung oleh pasukan raja tomcat. Raja tomcat dan pasukannya menghancurkan kerajaan semut. Seketika pangeran semut terbangun dari tidurnya. Ia lega hal itu hanyalah mimpi, tidak terbayang kalau ia kehilangan ayah dan ibunya.
Hari-hari berlanjut seperti biasa di kerajaan semut. Pangeran semut berjalan berkeliling menuju pemukiman rakyat semut. Disana ada sekolah yang mengajarkan anak-anak semut untuk menjadi pasukan yang gagah berani atau pekerja yang punya semangat kerjakeras. Pangeran semut melatih anak-anak semut yang berniat menjadi pasukan di kerajaan semut, ia mengajarkan teknik menghadapi musuh kepada anak-anak semut yang bersekolah disana. Anak-anak semut sangat antusias menerima pelajaran yang diberikan oleh Pangeran semut. Banyak anak-anak semut yang bercita-cita ingin sehebat pangeran semut. Pangeran semut tersenyum dan mengatakan kepada anak-anak semut bahwa mereka bisa menjadi apa yang mereka mau, jika mereka yakin dan selalu berusaha sungguh-sungguh.
Sepulang dari melatih anak-anak semut. Pangeran semut menuju tempat latihan memanah ditengah hutan bersama kawan-kawannya.
Tanpa diketahui pangeran ataupun raja semut, raja tomcat dan pasukannya sejak semalam sudah bergerak menuju kerajaan semut. Jumlah pasukannya sangat banyak, jumlahnya ribuan. Bahkan harimau yang lewat pun lari terbirit-birit karena melihat banyaknya pasukan raja tomcat. Pohon-pohon yang menghalangi jalan mereka menuju kerajaan semut dihancurkan dengan cairan kimia dari dalam tubuh pasukan raja tomcat. Penghuni hutan berlarian menghindar.
Pangeran semut yang sedang berlatih tidak menyadari bahwa pasukan raja tomcat dan pasukannya hampir  mendekati kerajaan semut. Kemudian dari arah langit terlihat capung kerajaan semut dengan kecepatan tinggi terbang menuju tempat latihan pangeran semut. Capung kerajaan memberitahukan bahwa raja tomcat dan pasukannya bergerak mendekati kerajaan semut. Pangeran semut kaget, kemudian bergegas naik ke punggung capung kerajaan.
Pangeran semut dan capung kerajaan terbang menuju istana kerajaan semut. Sesampainya di istana, tiba-tiba ada leparan batu besar menghantam istana kerajaan semut. Rakyat semut panik. Pangeran semut segera menyiagakan pasukan kerajaan semut. Pasukan semut memanggil seluruh capung kerajaan semut. Melalui udara pasukan semut bersiap melawan pasukan raja tomcat.
Raja tomcat memerintahkan pasukannya untuk melempar batu dan cairan kimia menuju kerajaan semut. Kepanikan terjadi, rakyat semut berlarian keluar dari sarangnya. Sarang-sarang semut hancur berantakan karena serangan pasukan raja tomcat.
Pangeran semut memimpin pasukan semut menyerang pasukan raja tomcat. Dengan serangan busur panah pasukan raja tomcat dipukul mundur. Raja tomcat memerintahkan pasukannya untuk bertahan. Emosi dan dendam sudah menguasai raja tomcat. Pasukan raja tomcat kembali menyerang kerajaan semut. Terjadilah pertarungan besar antara pasukan raja tomcat dan pasukan semut.
Pangeran semut melihat kerajaan semut diserang kemudian marah. Ia memerintahkan pasukan semut untuk memanah pasukan raja tomcat. Tiba-tiba sebuah batu tepat mengenai capung kerajaan yang dikendarai pangeran semut. Pangeran semut terjatuh. Ia kemudian mengambil pedang istana untuk melawan pasukan raja tomcat. Sayang raja tomcat terlihat lebih tangguh dan siap daripada pasukan semut.
Kemudian dari langit datanglah segerombolan kumbang besar. Ternyata itu adalah pasukan yang dibawa oleh keluarga kumbang. Mereka melemparkan batu-batu besar ke arah pasukan raja tomcat, pasukan raja tomcat berlarian. Mereka panic karena serangan dari pasukan kumbang. Kini pasukan raja tomcat harus menghadapi dua pasukan besar, pasukan semut dan pasukan kumbang. Raja tomcat ketakutan, ia kemudian lari keluar dari barisan pasukannya. Melihat raja tomcat yang kabur, pangeran semut memerintahkan pasukan semut untuk mengejar dan menangkap raja tomcat. Akhirnya raja tomcat berhasil ditangkap oleh pasukan semut. Pasukan raja tomcat yang kalah jumlah kemudian menyerah, raja tomcat pun akhirnya dikurung di penjara kerajaaan semut.
Pasukan raja tomcat memohon ampun kepada pangeran semut agar mereka tidak dipenjara. Pangeran semut pun melepaskan mereka, dengan janji bahwa mereka tidak akan mengganggu makhluk hidup lain. Pasukan raja tomcat terharu akan kebaikan pangeran semut, mereka berjanji tidak akan seperti raja mereka yang serakah dan pemarah. Mereka akan menjadi makhluk yang bermanfaat bagi lingkungan disekitarnya.
Pangeran semut juga mengucapkan terima kasih atas bantuan pasukan kumbang yang datang membantu kerajaan mereka saat ditimpa kesulitan. Akhirnya kehidupan di hutan kembali damai dan kini para penghuni hutan saling membantu jika salah satu diantara mereka ditimpa kesulitan.
SEKIAN
-Pb-

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community

Sumber: Kompasiana

Badu dan Badi

Rajin dan Fokus
Oleh: Pekik Bayumukti Utomo (No. Peserta 154)

Ada dua sahabat Badu dan Badi. Keduanya bersahabat sejak sekolah di TK. Badu dan Badi selalu berangkat dan pulang sekolah bersama. Di sekolah Badu dan Badi juga duduk satu meja. Badu orangnya periang dan suka mencoba hal baru. Sedangkan Badi orangnya kutubuku dan  lebih pendiam. Namun mereka sahabat yang terlihat serasi. Mereka punya kesukaan yang sama, bermain bola.
Rumah Badu dan Badi pun tidak terlalu jauh. Mereka tinggal di satu komplek yang sama. Kalau ada tugas sekolah mereka sering mengerjakannya bersama. Badi membantu Badu menyelesaikan tugasnya. Badu sangat senang dibantu oleh Badi. Badu jadi lebih mengerti soal pelajaran di sekolah. Saat bermain bola, Badi diajari oleh Badu. Badu memang pandai bermain bola. Badi ingin bisa pandai bermain bola.
Suatu hari sekolah mereka kedatangan  murid baru. Kata guru murid ini adalah pindahan dari sekolah lain. Namanya Anto. Anto terlihat aktif dan mudah bergaul. Anto duduk disebelah Badu. Badu sangat senang berkenalan dengan Anto. Karena Anto orangnya bersemangat. Anto juga suka dan jago bermain sepakbola sama seperti Badu.
Badu pun mulai akrab dengan Anto. Sayang Anto punya kebiasaan buruk, senang bermain tapi tidak suka belajar. Seusai pulang sekolah Badu sering diajak Anto main bola. Badu sangat senang sekali bisa bermain bola sepulang sekolah. Badu pun kini lebih banyak bermain.
Badu kini lebih suka bermain dengan Anto. Badu lupa belajar.
Badi merasa sedih karena Badu jarang bermain dengannya. Di sekolah pun Badu lebih banyak ngobrol dengan Anto. Badi mengadu pada Ibunya. Badi menceritakan pada Ibu bahwa ia kini jarang bermain dengan Badu.
Ibu merasa iba dengan Badi. Ibu memberikan semangat kepada Badi. Kata Ibu, Badi harus jadi orang pintar, orang pintar pasti banyak temannya kelak. Badi mengikuti kata Ibu. Badi pun tidak bersedih lagi saat tidak diajak main oleh Badu. Badi pun kini lebih banyak belajar.
Ibu Guru mengumumkan bahwa minggu depan akan ada ujian. Anak-anak diminta untuk lebih banyak belajar daripada bermain. Namun, Anto dan Badu malah ngobrol saat guru bicara. Jadinya, Anto dan Badu dihukum berdiri di depan kelas.
Sepulang sekolah Badi mengajak Badu untuk belajar bersama. Namun, Badu menolak karena ia sudah janji dengan Anto untuk bermain bola. Badi agak kecewa, namun ia ingat pesan Ibu agar jangan bersedih. Badi pun segera pulang ke rumahnya untuk belajar. Sedangkan Badu bersama Anto asik bermain.
Hampir setiap hari Anto dan Badu bermain bola. Badu sering dimarahi oleh Ibu Bapaknya,Karena Badu lebih banyak bermainnya ketimbang belajar namun Badu tetap bandel. Ia tetap bermain bola dengan Anto, meski sebentar lagi ada ujian.
Akhirnya waktu ujianpun tiba. Anto dan Badu terlihat lelah. Mereka mengerjakan ujian sambil main-main. Badi heran melihat Anto dan Badu yang masih bermain saat ujian. Badi ingat pesan Ibu, kalau belajar kita pasti akan sukses ujian. Badi mengerjakan ujian dengan serius dan tekun. Bel berbunyi, waktu ujian sudah selesai. Anto dan Budi bergegas menuju lapangan sepakbola untuk bermain bola. Badi segera pulang ke rumah untuk beristirahat.
Keesokan harinya, Ibu guru mengumumkan hasil ujian. Badi mendapatkan nilai tertinggi di kelas. Badi pun sangat senang. Kerjakerasnya untuk belajar tidak sia-sia. Sementara Anto dan Badu mendapatkan nilai terendah. Mereka diminta untuk mengulang ujiannya karena nilainya tidak bagus.
Bu guru memanggil Anto dan Badu ke ruang kepala sekolah. Bu guru bertanya kepada Anto dan Badu kenapa mereka malas belajar. Anto berkata bahwa mereka lebih suka bermain bola ketimbang belajar di sekolah. Ibu guru pun menggeleng-gelengkan kepala. Ibu guru menasehati keduanya, bermain memang menyenangkan tapi belajar juga jangan ditinggalkan. Belajar akan bermanfaat untuk kehidupan kita kelak.
Ibu guru pun memutuskan untuk memanggil orang tua Anto dan Badu. Mereka diajak berdiskusi bersama. Anto dan Badu terlihat memperhatikan percakapan mereka. Anto dan Badu dinilai malas belajar, tapi mereka punya minat dan bakat dalam sepakbola. Anto dan Badu pun ditanya oleh Ibu guru mereka lebih suka belajar atau bermain bola. Anto dan Badu sepakat menjawab lebih suka bermain bola.
Dengan bijaksana, Ibu guru menyarankan agar Anto dan Badu dipindahkan ke sekolah khusus sepakbola, agar bakat mereka dapat diasah dengan baik. Orangtua Anto dan Badu menerima saran tersebut. Mereka akhirnya memindahkan Anto dan Badu ke sekolah sepakbola. Anto dan Badu lebih semangat belajarnya, karena kini mereka belajar apa yang mereka sukai yaitu bermain bola.
Suatu hari sekolah bola mereka mengikuti kejuaraan sepakbola se-nasional. Anto dan Badu masuk tim utama. Karena bakat mereka dan rajinnya mereka belajar bola, mereka menjadi juara. Orang tua Anto da Badu pun bangga kepada anak mereka. Mereka berharap suatu saat anak mereka bisa masuk tim nasional dan membawa nama harum bangsa.
Badi sahabat Badu sejak kecil mendoakan sahabatnya sukses menjadi pemain sepakbola, begitupun Badu mendoakan Badi sahabatnya menjadi orang pintar yang berguna kelak.

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community

Sumber: Kompasiana