Rabu, 24 April 2013

Kupastikan patah hati itu ada di tong sampah!


“Kupastikan patah hati itu ada di tong sampah!”
Aku udah bete banget sama yang namanya cinta, cinta cuma bikin aku patah hati.  Habis cinta begitu sukanya mengumbar janji. Dia bilang akan setia sehidup semati, ternyata akhirnya seperti ini “putus”.
Aku pacaran sama cinta sejak sebulan yang lalu. Cinta duluan yang nembak aku. Waktu itu aku lagi makan tahu di kantin sekolahku. Cinta perlahan mendekatiku. Aku kebingungan sambil melirik ke kanan dan ke kiri, tak ada orang di sampingku. Cinta mau ketemu aku? Batinku.
“Ip, kamu mau gak jadi pacar aku?”
“Hah, pacar?” mulutku menganga lebar, tak menyangka cewek secantik cinta bilang begitu sama aku.
“Ini teh serius?” tanyaku ragu.
Yang ditanya hanya mengangguk kemudian tersenyum manis padaku.
Jantungku terasa berdegup kencang, tahu yang aku makan serasa daging steak wagyu.
***
Jadilah aku jadian sama cinta. Aku tak tahu pasti apa yang membuat cinta mau jadi pacarku, katanya sih aku orang pinter yang baik hati. Yang aku tahu kini tiap pulang sekolah aku punya jadwal rutin belajar bareng cinta.
“Cinta, kamu kok mau sih jadi pacar aku?”
Cinta menatap wajahku yang malu-malu saat bertanya “Kamu itu orangnya baik dan polos, jadi aku mau jadi pacar kamu”
Cuma itu? Tanyaku dalam hati.
“Selain baik kamu juga pinter, aku suka kamu deh pokoknya”
Kata-katanya membuatku serasa melayang sambil tidur-tiduran di atas awan. Aku gak bakal ragu lagi, dia suka banget sama aku.
***
Di tiap kesempatan aku selalu berduaan dengan cinta, makan di kantin berdua, pergi ke perpustakaan berdua. Bahkan semenjak jadian aku duduk sebangku dengan cinta. Aku sangat terpesona dengan cinta sampai-sampai aku menirukan semua gayanya. Aku beli tas yang warna, bentuk dan merknya sama kayak yang dipakai cinta. Aku beli buku tulis yang covernya sama kayak cinta. Semua serba cinta. Dalam hatiku seperti tertulis nama cinta, Cinta love you forever.
Cinta selalu tersenyum manis di depanku, kulihat tak ada raut muka sedih dalam dirinya. Aku sepertinya sangat yakin bahwa cinta benar-benar mencintaiku.
***
Pagi ini tak seperti pagi di hari sebelumnya, cinta tidak duduk bersamaku, ia pindah duduk di bangku belakang sendirian. Aku ingin menemaninya, katanya tidak. “Aku lagi ingin sendiri” pintanya kepadaku. Aku coba mengerti mungkin dia butuh waktu sendiri dulu.
Pelajaran berlangsung aku menengok ke arah belakang, cinta hanya fokus menatap buku pelajaran matematika yang dibawanya. Aku mencoba mengirimkan pesan sms ke hapenya.
Aku ingin ngobrol sama kamu di taman sekolah seusai pelajaran.
Cinta menjawab oke..
***
Aku membeli es krim untuk dimakan bersama cinta dibawah taman sekolah. Aku menunggu datangnya cinta ke tempat itu, tadi melalui sms kami janjian di sana. Aku menunggu cinta cukup lama, sampai es krim yang aku beli mencair karena teriknya matahari hari ini.
Aku mencari cinta ke dalam kelas, ia tidak ada. Aku mencarinya di perpustakaan, ia tidak ada. Ternyata aku menemukan cinta di kantin.
“Cinta, katanya mau makan es krim di taman sekolah? Kok malah duduk disini?”
Cinta diam saja, seakan tidak mendengar suaraku. Aku mencoba duduk lebih dekat dengannya. Wajahku kini bertatapan dengan wajahnya.
“Cinta, kamu kenapa?. Sakit ya?. Kok muka kamu pucat?”
Cinta memandang lesu ke arahku. “Hubungan kita harus berakhir sampai disini”
“Loh, kenapa? Aku ada salah ya sama kamu?”
“Gak ada lagi yang bayar aku, tugasku udah selesai” cinta menjawab pertanyaanku yang membuatku semakin bingung.
“Maksudnya?”
Cinta terdiam sejenak dan menghela nafas.
“Kamu sadar gak sedang dipermainkan?”
“Permainan apa?”
“Aku taruhan sama Toni, kalau aku bisa menjadi pacarmu selama sebulan aku bakal dapat hadiah uang 5 juta”
“Toni? Taruhan?” aku mencoba memahami apa yang sedang terjadi.
“Kamu gak ngerti ya, biar Toni aja yang jelasin. Aku malas!”
Cinta kemudian pergi dari hadapanku. Dalam hati aku masih bertanya apa sebenarnya yang terjadi.
Sebulan lalu di kantin ini cinta datang kepadaku sambil tersenyum manis kepadaku, dan hari ini tepat sebulan aku jadian sama cinta dia pergi meninggalkanku.
***
 Ternyata Toni lah biang keladi dari semua ini, Toni anak konglomerat memang terkenal sebagai anak yang jahil di sekolah. Tapi aku tidak menyangka kejahilannya kali ini sangat kejam bagi perasaanku.
Aku menatap Toni dengan perasaan kesal di hati, tapi aku terlalu takut untuk melampiaskan amarahku. Aku hanya bisa memendam perasaanku.
Aku tidak menyalahkan cinta, cinta hanya korban. Aku baru tahu bahwa Ibu cinta sedang sakit dan butuh biaya besar untuk mengobati penyakitnya. Uang dari Toni cukup membantu meringankan biaya obat sang Ibu dan Ayahnya bisa memakai sebagian uang itu untuk berdagang.
Entah apa yang pernah aku perbuat sampai-sampai Toni tega melakukan hal ini kepadaku dan menjadikan cinta sebagai tumbalnya.
***
“Cinta aku benaran suka sama kamu” kataku dihadapan cinta.
Cinta melotot ke arahku.
“Kamu gak ngerti apa? Aku cuma pura-pura suka sama kamu!”
“Lagian siapa juga yang mau mencintai cowok jerawatan, kurus kering, miskin kayak kamu”
Kata-kata itu terasa menyakitkan, tapi perasaan cinta di dalam hati menetralisirnya.